![]() |
Kisruh sepakbola Indonesia |
Sejak Kementerian Pemuda dan
Olahraga memberikan sanksi kepada Persatuan sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
Maret 2015 silam hingga berujung sanksi FIFA untuk sepakbola Indonesia
pada Mei 2015, maka sudah hampir satu tahun berlalu, olahraga yang paling digemari
masyarakat Indonesia ini mendapatkan hukuman.
Kisruh yang tidak ada kejelasan
ini pun tentu memiliki dampak negatif terhadap persepakbolaan di Tanah Air.
Hilangnya turnamen berskala Nasional juga berdampak pada kompetisi kasta bawah
semisal Divisi Utama, Liga Nusantara, Liga U-21 dan Piala Suratin. dimana
liga-liga tersebut merupakan wadah bagi generasi muda sepakbola indonesia untuk
melahirkan pemain-pemain berbakat tanah air.
Terhitung hingga awal 2016 ada
tiga turnamen yang sudah digelar. Yakni Piala Kemerdekaan, Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Awalnya memang
dijadikan peralihan untuk mengisi kekosongan liga yang tidak kunjung ada. Namun
nyatanya, turnamen-turnamen berskala Nasional yang telah digelar di Tanah Air hanya
dapat dinikmati oleh segelintir klub dan pemain saja. Dengan kata lain ada
sekitar 94 persen pesepakbola indonesia yang masih kehilangan profesinya
sebagai aktor lapangan hijau.
Berdasarkan data PT. Liga
Indonesia terkait kompetisi musim 2015, Liga Super Indonesia rencananya akan
diikuti oleh 18 klub. Jika setiap klub memberikan 25 nama pemain maka akan ada
sekitar 450 pemain yang terdaftar di Liga Super Indonesia. Dari Divisi Utama
terhitung 56 klub rencananya yang akan tampil. Jika kondisinya serupa, setiap
klub membawa 25 pemain maka total ada sekitar 1400 pemain yang terdaftar. Belum
lagi liga amatir semisal ajang liga nusantara dan Piala Suratin. Jika jumlah
dari semua data tersebut digabungkan maka perkiraan jumlah pesepakbola yang
terdaftar dalam kompetisi di Indonesia yakni sekitar 17.300 pemain. Tentu bukan
jumlah yang sedikit, memang 3 kompetisi tersebut sempat memberi angin segar
akan tetapi hal itu tentu tidak dapat dirasakan oleh seluruh klub dan pemain di
tanah air.
Coba kita bandingkan dengan
jumlah pemain yang tampil di tiga kompetisi berskala nasional. Terdapat 42 tim
yang mengikuti Piala Kemerdekaan, Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
Jika disamakan setiap klub membawa 25 pemain maka jumlah pemain yang tampil
sekitar 1050 pemain. Terlihat jelas bukan berapa jumlah pemain yang beruntung
mengikuti Turnamen tersebut. Terhitung 1.050 pemain yang mengikuti 3 turnamen
yang sudah bergulir dari total keseluruhan 17.300 pemain. Berarti hanya 6,06%
pemain yang mengikuti ajang turnamen. Sementara sisanya hampir 95% tidak ikut
berpartisipasi atau menganggur.
Tentu saja kisruh ini sangat
merugikan banyak pihak, belum lagi official, wasit dan seluruh anggota yang
berkecimpung di dunia sepakbola. Semua tentunya mengharapkan kisruh ini usai.
Berdasarkan data tersebut bisa dibayangkan seberapa suramnya masa depan sepakbola nasional jika kisruh ini
tetap berlarut-larut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar