![]() |
Evan Dimas Profil |
Berlalu sudah gema sepakbolaindonesia untuk ajang bergengsi Asia Tenggara AFF Cup 2014. Kita mesti menunggu
2 tahun lagi dengan cerita baru. Bersisa kisah percuma jika kembali membahas
alasan apa Indonesia harus pulang lebih cepat. Semua pemain tampak tak punya
daya dan kelelahan. Bahkan Alfred Riedl yang dulu dibangga banggakan wadah
tertinggi sepakbola kita sepeti kehilangan taji. Selain kini kita harus
mengakui bahwa tim lawanlah yang lebih unggul dari prediksi sebelumnya akan
tertunduk. Dan Hingga sepekan itu berlalu hanya ada satu sosok yang seolah
membuat penggemarnya terkesima. Evan Dimas,pesepakbola muda yang tampil perdana
di Tim Nasional senior bersama dengan Firman Utina, Boaz Solossa dan kawan
kawan.
Tidak sedikit yang mengakui
kehebatannya di atas lapangan. Evan tidak menyia-nyiakan kepercayaan dari pelatih
Alfred Riedl pada saat diturunkan untuk pertandingan terakhir penyisihan AFF
Cup 2014 melawan Laos. Pembuktiannya sekali tampil membuat kejutan dengan
menghasilkan satu gol dan satu asist. Dan sejak itu pula banyak orang bertanya
sebab apa Riedl seolah tak berdayakan kemampuannya saat melawan Vietnam dan
Filipina. Bahkan Zulham Zamrun rekannya di tim ini mengakui kelebihan kapten
punggawa Timnas U-19 itu.
Di Hanoi saja tak sedikit
penggemarnya datang, nekat memenuhi tribun stadion semata-mata ingin
menyaksikan langsung penampilan arek suroboyo ini. Berhati besar walau pulang
ke tanah air tertunduk. Evan Dimas mengungkapkan akan selalu siap jika
dipanggil demi negara.
Siapakah Evan Dimas? dia
adalah seorang arek Surabaya yang terlahir dari pasangan Candra Darmono dan
Ana. Tahun 2012 lau ia terpilih masuk ke dalam skuad sepakbola Jawa Timur yang
berlaga di PON Riau. Seketika menegok ke belakang jadi menarik bercerita
tentang Evan Dimas hingga ia melangkah maju ke Timnas Senior. Jika kemampuan
bakatnya kini dianggap PSSI lah yang berjasa sebetulnya belum tentu. Diawal
Februari 2013, Evan Dimas sempat tidak dizinkan merumput dengan alasan status.
Ia tidak diakui sebagi pesepakbola profesional melainkan hanyalah pesepakbola
amatir. Dari berbagai alasan munculah Evan Dimas sebagai pemain Persebaya 1927
yang merupakan klub yang tidak diakui PSSI di Liga tertinggi Indonesia. Dari
balik cerita sebetulnya Evan Dimas
banyak mengemas pengalaman berharga. Di level tim nasional evan sudah memulai
karirnya di level U-17. Pada penyelenggaraan turnamen di Hongkong Tahun 2012 yang
bertajuk HKFA International Youth Football Invitation Tournament, Evan Dimas yang menyandang ban kapten
pada saat itu, sukses memimpin teman-temannya untuk menjuarai turnamen
dimaksud. Evan Dimas pernah menjadi wakil Indonesia dalam ajang pencarian bakat
bertajuk The Chance yang disponsori
oleh salah satu apparel terkenal. Salah satu dari 100 anak yang beruntung
mencicipi kepelatihan mantan pelatih Barcelona Pep Guardiola. Meski pahitnya
gagal lolos seleksi timnas SAD tahun 2011, sebuah tim muda yang dikirim berguru
ke Uruguay karena alasan administrasi. Jika dikutip menjiawai alasan pelatih Indra
Syafri memilih evan Dimas yaitu tipikal pemain Indonesia yang masih sangat jarang
ada.
Di dalam Timnas U-19, Evan
Dimas dipercaya sebagai konduktor permainan tiki-taka ala Indra Syafri. Ini
bukan hal baru bagi pemain yang bertinggi badan 167 cm ini. Lantaran dirinya
sering memperhatikan gaya bermain Barcelona dan pemain idolanya Andreas
Ineista. Dengan usia yang masih belia dan dengan prestasi gemilang yang
dimilikinya, dirinya mempunyai harapan suatu hari nanti bisa berseragam
kebesaran berwarna biru merah milik tim Catalan.
Tidak ada yang meragukan
Evan Dimas, pemain Tim Nasional Indonesia di bawah usia 19 tahun adalah salah
satu pemain sepakbola Indonesia yang berbakat dan paling bersinar pada saat
ini. Pada tahun 2011 lalu, pemain kelahiran 13 Maret 1995 ini sempat menjadi
satu-satunya anak Asia Tenggara yang dikirim ke akademi FC Barcelona untuk
melakukan trial. Namun sayang jodoh belum sampai, Evan tidak terpilih.
KISAH KECIL EVAN DIMAS
Dibalik kesuksesan Timnas
U-19 memenangkan Piala AFF 2013, muncul sosok Evan Dimas. Kapten Timnas U-19
ini ternyata punya cerita tersendiri saat merintsi karirnya sebagai pemain
sepakbola. Kondisi perekonomian orang tuanya yang pas-pasan membuat Evan Dimas tidak
mampu membeli sepatu bola dan kaos kaki. Pekerjaan ayahnya sebagai seorang
petugas keamanan dan ibunya hanya buruh cuci rumah tangga membuat Evan kecil
menyimpan rasa iri kepada teman-temannya yang bisa memakai sepatu bagus dan
mahal.
Melihat keinginan sang anak
untuk mempunyai sepatu bola, mendorong Ana ibunya berusaha untuk membelikan
Evan sepasang sepatu bola. Dengan tabungan yang dimiliki Ana hanya mampu
membelikan buah hatinya yang berumur 12 tahun sepasang sepatu bola bekas
seharga Rp 15.000,-. Harga murah dan kondisi bekas membuat sepatu ini hanya
tahan 3 minggu saja. Namun dari sepatu pertamanya inilah bakat sepakbola Evan
Dimas semakin terlihat hingga ia bisa bergabung dengan Tim Nasional.
Ayah Evan Dimas - Candra
Darmono
Dia kalau latihan, temennya kok ada yang pakai
sepatu harganya Rp 100.000 sampai Rp 200.00,-, dia kepengen juga gitu loh. Saya
jadi bingung. Akhirnya kami musyawarah keluarga untuk urungan beli sepatu bola
Evan.
Kini dukungan penuh tak
henti diberikan keluarga bagi Evan Dimas. Meski awalnya kurang mendukung
profesi anak sebagai seorang atlit, Ibunda evan justru kini bangga anaknya ikut
mengharumkan nama bangsa.
Bakat Evan Dimas di dunia
sepakbola memang sudah terlihat sejak usianya masih belia. Melihat bakat sang
anak, ayahnya langsung memasukan kapten kelahiran 13 Maret 1995 ini ke sebuah
sekolah sepakbola. Evan kemudian bergabung dengan Persebaya 1927 dan kini ia
bergabung dengan Tim Nasional Senior.
Tetap semangat Evan Dimas,
raih mimpimu dan buat bangsa Indonesia menjadi bangga. Semoga kelak nanti
muncul evan dimas evan dimas yang lain yang dapat membawa prestasi Sepakbola
indonesia ke level yang lebih tinggi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar